Artikel
PERAYAAN KATHINA, SEBUAH FESTIVAL by. Dr Dharma K Widya
PERAYAAN KATHINA, SEBUAH FESTIVAL by. Dr Dharma K Widya
Kathina merupakan sebuah kata yang sangat dikenal oleh umat Buddha sebagai salah satu hari raya agama Buddha. Kata Kathina dapat berarti solid, keras, bermakna pula sebagai kerangka kayu yang digunakan dalam pengukuran pembuatan jubah bhikkhu. Kathina menandai selesainya masa vassa bagi para bhikkhu yang diikuti dengan acara persembahan jubah (dan kebutuhan bhikku lainnya) dari umat kepada Sangha dalam perayaan Kathina. Di vihara yang terdapat lima bhikkhu atau lebih bervassa di tempat itu, dapat dilakukan upacara persembahan jubah Kathina. Umat mempersembahkan Kathinadusang (kain untuk jubah), yang kemudian dipotong dan dijahit selanjutnya diwarnai. Pembuatan jubah itu harus selesai dalam satu hari untuk kemudian jubah itu yang disebut sebagai Jubah Kathina dipersembahkan kepada salah seorang bhikkhu yang paling membutuhkan. Upacara ini merupakan kegiatan Sangha yang tidak melibatkan umat Buddha perumahtangga.
Ajaran Buddha dan Relevansinya dengan Dunia Modern
Ajaran Buddha dan Relevansinya dengan Dunia Modern
Dunia modern ditandai perkembangan teknologi yang berubah sedemikian cepatnya ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, kehidupan manusia menjadi semakin mudah. Manusia tanpa sadar berupaya untuk terus menuruti nafsu keinginan yang tiada batasnya. Di sisi lain, permasalahan hidup pun menjadi semakin kompleks. Baik dari tingginya tingkat stres, gangguan kesehatan mental, hingga renggangnya hubungan antar-manusia dan hubungan sosial. Agama berperan sangat penting; sebagai solusi menghadapi kehidupan yang bersifat tidak kekal dan mengalami perubahan silih berganti. Bagaimana dengan ajaran Buddha? Dapatkah ajaran Buddha memberikan solusi dan memiliki relevansi untuk menghadapi kehidupan dunia modern tersebut?
Apakah Agama Buddha Toleran dengan Tradisi?
Apakah Agama Buddha Toleran dengan Tradisi?
Dalam beberapa kesempatan saya sering mendengar dan mendapat pertanyaan: apakah agama Buddha toleran dengan tradisi? Atau justru sebaliknya, apakah agama Buddha memiliki tradisi yang tidak bisa diganggu-gugat? Terlebih menyambut Imlek, kelenteng ramai dikunjungi. Asap dupa membumbung hingga ke langit, makan malam bersama keluarga hingga berbaju merah pada saat Imlek. Apakah itu semua adalah tradisi agama Buddha? Apakah itu tidak berlaku bagi pemeluk agama lainnya? Atau itu bukan tradisi asli Agama Buddha?
Agama Buddha Tidak Mengakui Nihilisme
Agama Buddha Tidak Mengakui Nihilisme
Waktu sekolah dulu saya pernah ikut retret dengan tema "Siapakah Aku?" Dalam perjalanan mengenal Dhamma, saya kemudian semakin mengenal Sang Aku. Bhikkhu Sri Paññavaro Mahāthera pernah memberikan ilustrasi: ketika seseorang sedang dalam bepergian melalui jalan yang kering, kemudian, di kejauhan ada yang berteriak "Itu ada air!". Kemudian, kita yang telah tahu bahwa itu fatamorgana, akan menjawab "Tidak ada Air." Lalu, orang tersebut menyimpulkan dan berkata kepada semua orang yang ada di kendaraan, "Orang ini menyangkal tidak ada air padahal jelas-jelas terlihat oleh mata semua yang hadir bahwa itu ada air."
Kesabaran Sebagai Salah Satu Kunci Sukses
Kesabaran Sebagai Salah Satu Kunci Sukses
Mami, katanya kegagalan adalah kunci sukses, kalau begitu Ade jelekin nilai saja ya, biar gagal terus sukses? Hah? Teori dari mana itu? Teori orang gila. Hehehehehehe….
Apakah Lebih? by Dr Dharma K Widya
Apakah Lebih? by Dr Dharma K Widya
Merupakan pendapat umum kalau dokter yang mengerti masalah kesehatan dianggap lebih sehat dari mereka yang bukan dokter. Suatu kali ada sekelompok dokter yang berasal dari satu kelas semasa di Fakultas Kedokteran bertemu. Secara sederhana mereka mencoba melihat apakah kelompok mereka sebagai dokter, mempunyai kondisi kesehatan yang lebih baik dari dari orang-orang yang bukan dokter. Ternyata hasilnya sedikit mencengangkan, karena ternyata kondisi kesehatan mereka tidak banyak berbeda dengan kondisi masyarakat pada umumnya. Bagaimana bisa?
“PENGHORMATAN TERTINGGI“
“PENGHORMATAN TERTINGGI“
Hidup dalam kebenaran, sebagai panutan laku, Dhamma yang dilaksanakan, setiap saat setiap waktu.
Apakah Agama Buddha yang Terbaik?
Apakah Agama Buddha yang Terbaik?
Sebuah berita di media daring menyebutkan bahwa Buddhisme dinobatkan sebagai agama terbaik di dunia. Setelah dilakukan penelusuran, ternyata banyak media daring dengan berbagai bahasa yang memuat kabar demikian dan kesemuanya menyebutkan bahwa warta tersebut dikutip dari media Tribune de Geneve. Ironisnya, beritanya tidak dapat ditemukan di Tribune de Geneve. Terlebih lagi, nama Linda Moulin, yang dicantumkan sebagai penulis berita, sejauh ini tidak terdaftar sebagai jurnalis media tersebut. Selain itu, tidak ditemukan laman resmi International Coalition for the Advancement of Religious and Spirituality (ICARUS), yang disebut sebagai lembaga yang menobatkan itu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berita tersebut merupakan hoaks alias informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
kekuatan di Balik Sebuah Kata
kekuatan di Balik Sebuah Kata
Kata apa ya yang bisa memberi pengaruh yang begitu besar kepadaku? Pernahkah Anda mengalaminya juga? Ayo berbagi!
Kesalahan Jangan dicari-cari
Kesalahan Jangan dicari-cari
Manusia tidak luput dari kesahalan yang setiap harinya di perbuat, karena manusia masih terikat dalam hukum karma
PENGHORMATAN TERTINGGI KEPADA ORANGTUAKU TERCINTA DAN LELUHUR DI ALAM SANA
PENGHORMATAN TERTINGGI KEPADA ORANGTUAKU TERCINTA DAN LELUHUR DI ALAM SANA
Kurangkapkan kedua tanganku Bersikap anjali di hadapan altarmu Kutancap dupa nan harum semerbak Mengirimkan doa kepadamu Beragam makanan, buah, dan minuman Kami persembahkan untukmu Semoga diterima dengan baik Sebagai ungkapan kasih sayangku
Paṭipatti Pūjā
Paṭipatti Pūjā
Sore di pertengahan Juli lalu, akhirnya kami sampai di Candi Mendut yang terkenal itu. Candi itu tampak begitu anggun dan kokoh. Ada tangga naik dan pintu masuk yang menghadap ke barat-daya. Kami bersyukur dapat melakukan padakkhiṇa (Pali; Sans. pradaksina) di lorong yang mengelilingi tubuh candi. Selesai prosesi padakkhiṇa, di luar dugaan, cucuku mendekat dan bertanya: “Mengapa oma berjalan mengelilingi candi?” Ahaaa…. Senyum lebar menghias bibirku. Sepasang mata polos yang selalu ingin tahu menatapku penuh harap. Kuangkat tubuh mungilnya tinggi-tinggi, lalu kupeluk dia penuh cinta, dan balik bertanya: “Ken sayang oma?” penuh semangat dia mengangguk dan memelukku. Begitulah ketika kita mencintai seseorang, semua momen terasa membahagiakan.
Penghormatan Tertinggi
Penghormatan Tertinggi
Ayo, siapa kira-kira yang seharusnya mendapat penghormatan tertinggi dari kita? Menurutku, jawabannya adalah kedua orang tuaku, terutama kepada ibuku. Walaupun sikapku tidaklah sempurna, aku sangat menyayanginya; namun aku tidak pernah bisa memanjakan ibuku baik dengan kata-kata dan perbuatan karena aku termasuk tipe brangasan; terlebih lagi menurut para tetua, aku dan ibuku ciong mulut; maka, kalau ngobrol tidak bisa lebih dari lima menit; pastilah kami bersilang pendapat. So, aku hanya bicara seperlunya saja. Namun, aku menjadi anak siaga untuk beliau. Secara diam-diam kuperhatikan semua kebutuhan dan kesehatan beliau.
Bolehkah umat Buddha yang perumah tangga ikut vassa?
Bolehkah umat Buddha yang perumah tangga ikut vassa?
Bolehkah umat Buddha yang perumah tangga ikut vassa? Pertanyaan itu sering terlontar dalam pikiran penulis. Setelah berdiskusi dan bertanya dengan berbagai pihak, terjawablah sudah. Tentu saja, umat Buddha yang perumah tangga boleh mengikuti vassa.